Sabtu, 09 Juni 2018

Trading = Penyakit

Di depan saya duduk seorang teman, sama sekali tak memperhatikan apa yang ada di sekelilingnya kecuali laptop yang menyala sejak bangun shalat subuh. Sesekali sumpah serapah keluar dari mulutnya, namun di sela waktu lainnya dia akan tersenyum gembira dengan hembusan nafas yang penuh dengan kepulan asap rokok. Saya faham apa yang dia rasakan, itu karena baru kemarin akunnya terisi dengan pundi pundi dolar hasil sisa gaji yang ia terima bulan ini.


Terkadang sesekali saya melihat ke arahnya dan memperhatikan apa yang dia lakukan, rasa tergelitik tak terelak kan melihat tingkah lakunya, terkadang saya menegurnya, dan kebanyakan saya mendiamkan tingkah lakunya. Saya tahu persis akunnya hanya akan bertahan beberapa hari saja, padahal profit yang dia dapatkan sudah dua lima kali lipat dari hari kemarin.

Saya melepaskan sejenak kegiatan saya di keyboard yang tadinya mengetik beberapa baris perintah dalam pembuatan sebuah sistem website dan android di layar yang cukup besar dengan komputer yang sudah mapan untuk mainin game GTAV, lalu kemudian beranjak dari tempat duduk dan keluar ke serambi depan markas sambil melihat potongan bulan sabit di akhir Ramadhan 1439 Hijriah.

Apa yang dilakukan teman saya itu juga pernah menimpa saya beberapa tahun sebelumnya, saya tak pernah bisa melepaskan chart dari kehidupan saya, chart adalah istri tercinta saya. Menakan tombol buy dan sell dengan lot besar adalah pemacu adrenalin yang membuat hidup ini penuh gairah. Jaringan internet yang ngadat, pemadaman listrik, teman dan keluarga yang datang bertamu disaat posisi sedang floating, anak yang rewel, istri yang bertingkah, macem macem lah alasan yang saya buat untuk membenarkan tindakan saya dan menyalahkan hal lain di luar itu. yang terfikir adalah pembayaran hutang, beli kebutuhan hidup, terbebas dari pandangan negatif orang-orang sekitar dan lain sebagainya. Kapan? kapan hal itu terfikir? Tentunya setelah semua akun ludes. Parahnya hal ini berlangsung berkali kali, bertahun tahun.

Teman saya adalah warisan dan contoh cloning para trader Indonesia pada umumnya. Sungguh tak ada orang yang mau hidup seperti itu jika anda para trader berdiri sejenak, beristirahat dan mencoba untuk menghirup udara bebas seperti yang saya lakukan saat ini.

Trading itu penyakit bagi orang-orang seperti demikian. Apakah anda ingin terus dalam kondisi seperti itu dengan alibi anda yang berjejer memperkuat keyakinan anda? Ayolah.. jangan ikuti arus, lawanlah alibi anda, saatnya anda berubah. Trading itu harus sehat supaya kita tetap bisa hidup dalam bisnis ini. Bukan hanya trading, apapun pekerjaan anda, jika anda sakit? Sudah tentu hasilnya tak baik. Daripada anda menghabiskan uang $5 atau $10, mending anda infaq kan ke saya aja hihihih..