Minggu, 25 Oktober 2015

My Dream

Memiliki mimpi yang belum kesampaian ibarat seorang bujang yang bermimpi gimana rasanya memiliki pasangan hidup. Setelah menikah kita pun dihadapkan pada problemantika kehidupan pahit manis yang sedemikian relatif naik turun dengan overall tetap menghasilkan sesuatu yang berguna untuk kehidupan ini baik di dunia maupun di akhirat, kita tak pernah berhenti untuk bermimpi hingga liang kubur menjadi tempat idaman bagi raga yang renta.

Bisnis pun seperti itu, mungkin saat ini banyak dari kita yang bermimpi memiliki bisnis sendiri, dengan manajemen yang luar biasa masih ada di otak dan masih belum mau melangkah kan kaki dikarenakan kita masih malas dan terlena oleh keadaan pola fikir yang belum begitu terasah.

Saya masih punya mimpi, di otak, dan masih belum bisa tertuang bahkan dalam bentuk tulisan sekalipun. Inilah yang sedang saya coba konsepkan berdua dengan istri tercinta.

Yah, kami berdua memiliki mimpi menjadi CEO sebuah bisnis dimana bisnis tersebut imunne terhadap semua gangguan yang kira-kira nanti akan menyertai saat mulai disemai, dan bahkan hingga panennya nanti.

Terus terang, kami tidak punya materi, bahkan beli pampers buat bayi kami aja masih harus menengadahkan tangan kepada para donatur yang ada di sekeliling kami. Kami hanya punya satu, semangat dan otak untuk berfikir serta dorongan akan kekuatan sang Super Power di atas sana.

Saya pun memutar otak untuk hal ini, dan mulai mengonsep-ngonsep sedikit tentang mimpi ini, seolah teman-teman di sekeliling kami pun tergerak melihat kami yang punya potensi tapi hanya diam karena banyaknya tekanan maupun rasa "tidak enak" melihat pesaing-pesaing yang sudah jalan.

Mau tidak mau suka tidak suka kami harus maju, tidak ada opsi lagi untuk mundur, semua jalan tertutup dan kami harus melangkah untuk memulai, hancur bukanlah sebuah opsi, kehancuran ke depan saat melangkah adalah lebih diapresiasi daripada mundur tanpa pernah berbuat.

Mimpi saya dan istri adalah menjadi CEO, dan membuat CEO-CEO baru, menggali potensi orang-orang yang tersembuyi selama ini yang membutuhkan bantuan kami.

Mimpi kami tidak hanya untuk keuntungan sendiri, tapi pemerataan, persaudaraan, dan bagi hasil yang memuaskan antara investor dan pengelola dimana tata cara ini merupakan hal yang memang diajarkan oleh nabi kita.

Kami tidak ingin membuat sebuah bisnis yang hanya profit oriented namun mengesampingkan kesejahteraan para bawahan, kami melihat semua bawahan adalah setara, sama dan butuh makan minum, dengan gizi para bos mereka.

Bos yang bagus adalah bos, dimana rumah bos nya, sama dengan rumah anak buah nya, bos yang baik adalah bos yang mampu mengayomi bukan hanya mengeruk keuntungan dari jerih payah para bawahan. Bos yang memiliki kemampuan tinggi adalah bos yang bisa memanaje itu semua dengan santai dan dengan planning yang jelas serta selalu berdiskusi tanpa kesan diktator.

Mampukah itu terwujud? Saya beserta istri dengan pengalaman yang sudah cukup banyak di dunia pekerjaan yang tak pernah puas dengan sistem yang sudah ada berusaha mewujudkan hal itu. Masalah mampu atau tidak mampu jika Allah memberikan izin, maka usaha untuk itu akan dipermudah. Kesulitan adalah ujian, dan semakin kita lulus maka naik tingkat sudah harus, artinya ujian berikutnya akan lebih sulit dan jauh lebih menantang, dan kami akan terus berusaha belajar dari hari ke hari untuk mempersiapkan segala sesuatunya.

Tidak banyak yang pesimis, tersenyum simpul dan bahkan masih saya ingat sampai sekarang "ANDA TIDAK AKAN PERNAH MAMPU BRO!!" tapi setelah saya pelajari dan teliti, terbukti perkataan seperti itu hanya ada di kalangan orang-orang yang memang tidak ingin kita maju.

Siapapun PASTI mampu JIKA mau belajar, dan terus introspeksi diri.

0 comments:

Posting Komentar